ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HIPERTIROIDISME
A.
DEFINISI
Hipotiroidisme adalah keadaan yang ditandai dengan
terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid.
Keadaan ini akibat kadar hormon tiroid berada dibawah nilai optimal. (Brunner
& Suddart)
Tipe-tipe
·
Hipotiroidisme
sentral,
apabila disfungsi tiroid disebabkan
oleh kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya.
·
Hipotiroidisme
sekunder, disebabkan sepenuhnya
oleh kelainan hipofisis
·
Hipotiroidisme
tertier,
ditimbulkan oleh kelainan
hipotalamus yang mengakibatkan sekresi TSH tidak adekuat akibat penurunan
stimulasi oelh TRH.
B.
ETIOLOGI
Penyebab hipotiroidisme yang paling sering ditemukan
pada orang dewasa adalah tiroiditis otoimun (tiroiditis hashimoto), dimana
sistem imun menyerang kelenjar tiroid (Tonner & Schlecte, 1993).
Hipotiroidisme juga sering terjadi pada pasien dengan riwayat hipotiroidisme
yang menjalani terapi radioiodium, pembedahan, atau preparat antitiroid.
Kejadian ini paling sering dijumpai pada wanita lanjut-usia. Terapi radiasi
untuk penanganan kanker kepala dan leher kini semakin sering menjadi penyebab
hipotiroidisme pada lansia laki-laki, karena itu, pemeriksaan fungsi tiroid
dianjurkan bagi semua pasien yang menjalani terapi tersebut.
C.
PATOFISIOLOGI
Hipotirodisme
dapat terjadi akibat adanya pengangkatan kelenjra tiroid dan pada pengobatan
tirotoksikosis dengan RAI. Juga terjadi akibat infeksi kronis kelenjar tiroid
dan atropi kelenjar tiroid yang bersifat idiopatik
Prevalensi
penderita hipotiroidisme meningkat pada usia 30 sampai 60 tahun, empat kali
lipat angka kejadiannya pada wanita dibandingkan pria. Hipotirodisme congenital
dijumpai satu orang pada empat ribu kelahiran hidup
Jika
produksi hormone tiroid tidak adekuat maka kelenjar tiroid akan berkompensasi
untuk meningkatkan sekresinya sebagai respon terhadap rangsangan hormone TSH.
Penurunan sekresi hormone kelenjar tiroid akan menurunkan laju metabolism basal
yang akan mempengaruhi semua sistem tubuh. Proses metabolic yang dipengaruhi
antara lain:
a. Penurunan
produksi asam lambung (Aclorhidria)
b. Penurunan
motilitas usus
c. Penurunan
detak jantung
d. Gangguan
fungsi neurologic
e. Penurunan
produksi panas
Penurunan
hormone tiroid juga akan mengganggu metabolism lemak dimana akan terjadi
peningkatan kadar kolestrol dan trigliserida sehingga klien berpotensi
mengalami atherosclerosis. Akumulasi proteoglicans hidrophilik di rongga
intertisial seperti rongga pleura, cardiac dan abdominal sebagai tanda dari
mixedema. Pembentukan eritrosit yang tidak optimal sebagai dampak dari
menurunnya hormone tiroid memungkinkan klien mengalami anemi
D. PATOFLOW
E.
MANIFESTASI KLINIK
Gejala dini hipotiroidsisme tidak spesifik, namun
kelelahan yang ekstrim menyulitkan penderitanya untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari
secara penuh atau ikut serta dalam aktivitas yang lazim dilakukannya. Laporan
tentang adanya kerontokan rambut, kuku yang rapuh serta kulit yang kering
sering ditemukan, dan keluhan rasa baal serta parastesia pada jari-jari tangan
dapat terjadi. Kadang-kadang suara menjadi kasar, dan pasien mungkin mengeluh
suara yang parau. Gangguan haid seperti menorhagia atau amenore akan terjadi
disamping hilangnya libido. Hipotiroidisme menyerang wanita lima kali lebih
sering dibandingkan laki-laki dan paling sering terjadi pada usia diantara
30-60 tahun.
Hipotiroidisme berat mengakibatkan suhu tubuh dan
frekuensi nadi subnormal. Pasien biasanya mulai mengalami kenaikan berat badan
yang bahkan terjadi tanpa peningkatan asupan makanan, meskipun penderita hipotiroid
yang berat dapat terlihat kakeksia. Kulit menjadi tebal karena penumpukan
mukopolisakarida dalam jaringan subkutan (asal mula istilah miksedema). Rambut
menipis dan rontok, wajah tampak tanpa ekspresi dan mirip topeng. Pasien sering
mengeluhkan rasa dingin meskipun lingkungan yang hangat.
Pada mulanya, pasien mungkin mudah tersinggung dan
mengeluh merasa lemah, namun dengan berlanjutnyan kondisi tersebut, respons
emosional diatas akan berkurang. Proses mental menjadi tumpul, dan pasien
tampak apatis. Bicara menjadi lambat, lidah membesar dan ukuran tangan serta
kaki bertambah. Pasien sering mengeluh konstipasi. Ketulian dapat pula terjadi.
Hipotiroidisme lanjut dapat menyebabkan demensia
disertai perubahan kognitif dan kepribadian yang khas. Respirasi yang tidak
memadai dan apnu susah tidur dapat terjadi hipotiroidisme yang berat. Efusi
pleura, efusi perikardial dan kelemahan otot pernapasan dapat pula terjadi.
Hipotiroidisme berat akan disertai dengan kenaikan
kadar kolesterol serum, aterosklerois, penyakit jantung koroner dan fungsi
ventrikel kiri yang jelek. Pasien hipotiroidisme lanjut akan mengalami
hipotermia dan kepekaan abnormal terhadap preparat sedatif, opoid serta
anestesi. Oleh sebab itu, semua obat ini hanya diberikan pada kondisi tertentu.
Pasien dengan hipotiroidisme yang belum
teridentifikasi dan sedang menjalani pembedahan akan menghadapi risiko yang
lebih tinggi untuk mengalami hipotensi intra operatif, gagal jantung kongestif
pascaoperatif dan perubahan status mental.
Kama miksedema menggambarkan stadium hipotiroidisme
yang paling ekstrim dan berat, dimana pasien mengalami hipotermia dan tidak
sadar diri. Koma miksedema dapat terjadi sesudah peningkatan letargiyang
berlanjut menjadi stupor dan kemudian koma. Hipotiroidisme yang tidak
terdiagnosis dapatr dipicu oleh infeksi atau penyakit sistemik lainnya atau
oleh penggunaan preparat sedatif atau analgetik opioid. Dorongan respiratorik
pasien akan terdepresi sehingga timbul hipoventilasi alveolar, retensi CO2
progresif, keadaan narkosis dan koma. Semua gejala ini, disertai dengan kolaps
kardiovaskuler dan syok memerlukan terapi yang agresif dan intensif jika kita
ingin pasien tetap hidup. Meskipun demikian, dengan terapi yang intensif
sekalipun, angka mortalitas tetap tinggi.
F.
PENATALAKSANAAN
Tujuan
primer penatalaksaan hipotiroidisme adalah memulihkan metabolisme pasien
kembali kepada keadaan metabolik normal dengan cara mengganti hormon yang
hilang. Levotiroksin sintetik (Synthroid atau Levothtiroid) merupakan preparat
terpilih untuk pengobatan hipotiroidisme dan supresi penyakit goiter nontoksik.
Dosis terapi penggantian hormonal didasarkan pada konsentrasi TSH dalam serum
pasien. Preparat tiroid yang dikeringkan jarang digunakan karena sering
menyebabkan kenaikan sementara konsentrasi T3 dan kadang-kadang
disertai dengan gejala hipotiroidisme. Jika terapi penggantian sudah memadai,
gejala miksedema akan menghilang dan aktivitas metabolik yang normal dapat
timbul kembali.
Pada hipotiroidisme yang berat dan koma miksedema,
penatalaksanaannya mencakup pemeliharaan berbagai fungsi vital. Gas darah
arteri dapat diukur untuk menentukan retensi karbondioksida dan memadu
pelaksanaan bantuan ventilasi untuk mengatasi hipoventilasi. Penggunaan alat
pulse oximetry dapat pula membantu kita untuk memantau tingkat saturasi
oksigen. Pemberian cairan dilakukan dengan hati-hati karena bahaya intoksikasi
air. Penggunaan panas eksternal (bantal pemanas) harus dihindari karena
tindakan ini akan meningkatkan kebutuhan oksigen dan dapat menimbulkan kolaps
vaskuler. Jika terdapat hipoglikemia yang nyata, infus larutan glukosa pekat
dapat dilakukan untuk memberikan glukosa pekat dapat dilakukan untuk memberikan
glukosa tanpa menimbulkan kelebihan muatan cairan. Jika kondisi miksedema
berlanjut menjadi koma miksedema, maka hormon tiroid (biasanya Synthroid)
diberikan secara IV sampai kesadaran pasien pulih kembali. Kemudian pasien
melanjutkan pengobatan dengan terapi hormon tiroid per oral. Karena disertai
insufisiensi adrenokortikal, terapi kortikosteroid mungkin diperlukan.
Kardiak. Setiap pasien yang sudah
menderita hipotiroidisme untuk waktu yang lama hampir dapat dipastikan akan
mengalami kenaikan kadar kolesterol, aterosklerosis dan penyakit arteri
koroner. Setelah sekian lama metabolisme berlangsung subnormal dan berbagain
jaringan termasuk miokardium, memerlukan oksigen yang relatif sedikit, maka
penurunan suplai darah dapat ditolerir tanpa
terjadi gejala penyakit arteri koroner yang nyata. Namun demikian, bila
hormon tiroid diberikan, maka kebutuhan oksigen akan meningkat tetapi
pengangkutan oksigen akan tidak dapat ditingkatkan kecuali atau sampai keadaan
aterosklerosis diperbaiki. Keadaan ini akan berlangsung sangat lambat.
Timbulnya angina merupakan tanda yang menunjukkan bahwa kebutuhan mikardium
akan oksigen melampaui suplai darahnya. Serangan angina atau aritmia dapat
terjadi ketika terapi penggantian tiroid dimulai, karena hormon tiroid akan
meningkatkan efek katekolamin pada sistem kardiovaskuler.
Penatalaksanaan Keperawatan
Modifikasi
aktivitas. Penderita hipotiroidisme akan mengalami pengurangan tenaga dan
letargi sedang hingga berat. Sebagai akibatnya, risiko komplikasi akibat
imobilitas akan meningkat. Kemampuan pasien untuk melakukan latihan dan
berperan dalam berbagai aktivitas menjadi terbatas akibat perubahan pada status
kardiovaskuler dan pulmonar yang terjadi akibat hipotiroidisme. Peranan perawat
yang penting adalah membantu perawatan dan kebersihan diri pasien sambil mendorong
partisipasi pasien untuk melakukan aktivitas yang masih berada dalam
batas-batas toleransi yang ditetapkan untuk mencegah komplikasi imobilitas.
Pemantauan yang berkelanjutan. Pemantauan tanda-tanda vital dan
tingkat kognitif pasien dilakukan dengan ketat selama proses penegakan
diagnosis dan awal terapi untuk mendeteksi :
1.
Kemunduran
status fisik serta mental
2.
Tanda-tanda
serta gejala yang menunjukkan peningkatan laju metabolik akibat terapi yang
melampaui kemampuan reaksi sistem kardiovaskuler dan pernapasan.
3.
Keterbatasan
atau komplikasi miksedema yang berkelanjutan
Obat-obat harus diberikan dengan sangat
hati-hati kepada pasien hipotiroidisme mengingat adanya perubahan metabolisme
serta ekskresi obat, dan penurunan laju metabolik serta status pernapasan.
Pengaturan suhu. Pasien sering mengalami
gejala menggigil dan menderita intoleransi yang ekstrim terhadap hawa dingin
meskipun ia berada dalam ruangan bersuhu nyaman atau panas. Ekstra pakaian dan
selimut yang dapat diberikan, dan pasien harus dilindungi terhadap hembusan
angin. Jika pasien ingin menggunakan bantal pemanas atau selimut listrik untuk
mengurangi gangguan rasa nyaman dan gejala menggigil tersebut, perawat harsu
menjelaskan bahwa penggunaan alat ini harus dihindari karena berisiko
menyebabkan vasodilatasi perifer, kehilangan panas tubuh yang lebih lanjut dan
kolaps vaskuler. Disamping itu, pasien tanpa sadar dapat terbakar ketika
menggunakan alat-alat tersebut akibat respons pasien yang lambat dan status
mental menurun.
Dukungan emosional. Penderita
hipotiroidisme sedang hingga berat dapat mengalami reaksi emosional hebat
terhadap perubahan penampilan serta citra tubuhnya dan terhadap terlambatnya diagnosis,
yang sering dijumpai pada penyakit ini. Gejala dini nonspesifik dapat
menimbulkan reaksi negatif dari anggota keluarga serta sahabat, dan pasien
mungkin dianggap sebagai indiviodu yang mentalnya labil, tidak kooperatif atau
tidak mau berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri.
G. KOMPLIKASI
¶
Koma miksidema adalah situasi yang
mengancam jiwa yang ditandai dengan eksaserbasi (perburukan) semua gejala
hipotiroidisme, termasuk hipotermia tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia,
hipoventilasi, dan penurunan kesadaran yang menyebabkan koma.
¶
Kematian dapat terjadi tanpa penggantian
TH dan stabilisasi gejala.
¶
Ada juga resiko yang berkaitan dengan
terapi defisiensi tiroid. Resiko ini mencakup penggantian hormon yang
berlebihan, ansietas, atrofi otot, osteoporosis, dan fibrilasi atrium.
0 Response to "ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HIPERTIROIDISME"
Posting Komentar