ASKEP GLAUKOMA

MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN NY.R DENGAN GLAUKOMA

http://profile.ak.fbcdn.net/hprofile-ak-snc4/41605_44291561847_1893423_n.jpg







Di Susun Oleh :
Mahasiswa Ruang 302
Tingkat II Semester 4
                            




PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2012-2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN NY.R DENGAN GLAUKOMA, tepat pada waktunya.
            Penulisan makalah ini juga merupakan penugasan dari mata kuliah hematologi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dalam pembuatan makalah ini dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam pembuatan makalah ini, serta rekan-rekan lain yang membantu pembuatan makalah ini.
            Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna memberikan sifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna mengingat penulis masih tahap belajar dan oleh karna itu mohon maaf apabila masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam penulisan makalah ini.


Depok, Mei 2013
           





DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR .................................................................................................       1
DAFTAR ISI .................................................................................................................       2
BAB I PENDAHULUAN                                                                           
1.      Latar Belakang ...................................................................................................        3
2.      Tujuan.................................................................................................................        3
3.      Rumusan Masalah...............................................................................................        4
4.      Metode Penulisan ................................................................................................      4
5.      Sistematika Penulisan ..........................................................................................      4
BAB II KONSEP DASAR TEORI
I.       Glaukoma ……....................................................................................................       8
1.      Pengertian.......................................................................................................      8
2.      Etiologi...........................................................................................................       9
3.      Klasifikasi.......................................................................................................      10
4.      Patofisiologi....................................................................................................      11
5.      Manifestasi klinis.............................................................................................     18
6.      Komplikasi.......................................................................................................     19
7.      Pemeriksaan penunjang ..................................................................................      20
8.      Penatalaksanaan..............................................................................................      21
9.      Asuhan Keperawatan.......................................................................................     24
10.  Jurnal................................................................................................................     45
BAB III PENUTUP........................................................................................................      61
DAFTAR PUSTAKA................................................,....................................................                                                                                                    





BAB I
PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG
            Mata adalah alat indera kompleks yang berevolusi dari bintik – bintik peka sinar primitif pada permukaan golongan intervertebrata. Dalam bungkus pelindungnya mata memiliki lapisan reseptor, sistem lensa yang membiaskan cahaya ke reseptor tersebut, dan sistem saraf yang menghantarkan impuls dari reseptor ke otak.
            Iris adalah cincin sentral berwarna darimana secara normal berbentuk normal sempurna, sangat responsif terhadap cahaya baik secara langasung maupun tidak langsung, dan tepi perifernya sangat teratur. Setiap variasi dari kriteria normal ini dianggap patologik. Satu – satunya keadaan dimana ketidakteraturan tepi iris dapat dihilangkan secara diagnostik adalah setelah pembedahan katarak yang telah menggeser sebagian dari iris secara mekanis. Iris yang berbentuk seperti lubang kunci dapat terjadi pada kejadian yang jarang, kedua iris akan berbeda warnanya jika diperhatikan. Ketidaksimetrisan dalam warna iris yang normla adalah kongenital (heterokromia) dan terjadi sejak masa kecil.
            Struktur – struktur utama pada mata yaitu lapisan pelindung luar bola mata, sklera, dimodifikasi dibagian anterior untuk membentuk kornea yang tembus pandang dan akan dilalui berkas sinar yang masuk ke mata. Di bagian sklera terdapat koroid, lapisan yang mengandung banyak pembuluh darah yang memberi makan struktur – struktur dalam bola mata. Lapisan di dua perposterior koroid adalah retina, jaringan saraf yang mengandung sel – sel reseptor.

2.      TUJUAN
Tujuan umum :
Tujuan dari pembuatan makalah Asuhan Keperawatan pada Pasien Glaukoma adalah supaya perawat dan mahasisiwa mampu memberikan asuhan keperawatan dengan pasien glaukoma.
Tujuan khusus :
a.       Mahasiswa memahami apa itu glaukoma.
b.      Mahasiswa mengetahui penyebab glaukoma.
c.       Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala glaukoma.
d.      Mahasiswa mampu memberikan pencegahan dan penatalaksanaan glaukoma.
e.       Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien glaukoma

3.      RUMUSAN MASALAH
1)      Apa definisi Glaukoma?
2)      Apa penyebab Glaukoma?
3)      Bagaimana perjalanan penyakit Glaukoma?
4)      Apa saja tanda dan gejala?
5)      Apa pemeriksaan penunjang dan diagnostik penyakit Glaukoma?
6)      Bgaimana penatalaksanaan medis Glaukoma?
7)      Bagaimana Asuhan Keperawatan Klien dengan Glaukoma?





BAB II
KONSEP DASAR TEORI
A.    ANATOMI DAN FISIOLOGI HUMOR AKUOS
                  Humor akuos berperan sebagai pembawa zat makanan dan oksigen untuk organ di dalam mata yang tidak berpembuluh darah yaitu lensa dan kornea, disamping itu juga berguna untuk mengangkut zat buangan hasil metabolisme pada kedua organ tersebut. Adanya cairan tersebut akan mempertahankan bentuk mata dan menimbulkan tekanan dalam bola mata/tekanan intra okuler. Tekanan intraokuler inilah yang berperan dalam terjadinya glaukoma sehingga menimbulkan kerusakan pada saraf optik. Humor akuos diproduksi oleh badan silier, masuk ke dalam bilik mata belakang kemudian mengalir ke bilik mata depan melalui pupil. Setelah sampai ke bilik mata depan humor akuos akan meninggalkan bola mata melalui suatu bangunan yang disebut trabekulum yang terletak di sudut iridokornea. Keseimbangan antara produksi dan pengeluaran/ pembuangan humor akuos inilah yang menentukan jumlah humor akuos di dalam bola mata.

B.     Definisi
      Glaukoma adalah Sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokular. ( Barbara C Long, 2000 : 262 )
      Glaukoma merupakan sekelompok penyakit kerusakan saraf optik(neoropati optik) yang biasanya disebabkan oleh efek peningkatan tekanan okular pada papil saraf optik. Yang menyebabkan defek lapang pandang dan hilangnya tajam penglihatan jika lapang pandang sentral terkena. (Bruce James.  et al , 2006 : 95)
      Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai ekskavasi glaukomatosa, neuropati saraf optik, serta kerusakan lapang pandang yang khas dan utamanya diakibatkan oleh tekanan bola mata yang tidak normal. (Sidarta Ilyas, 2002 : 239)
      Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal (N = 15-20mmHg). (Sidarta Ilyas, 2004 : 135)
      Glaukoma adalah kondisi mata yang biasanya disebabkan oleh peningkatan abnormal tekanan intraokular ( sampai lebih dari 20 mmHg). (Elizabeth J.Corwin, 2009 : 382)
      Glaukoma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan TIO, penggaungan, dan degenerasi saraf optik serta defek lapang pandang yang khas. ( Anas Tamsuri, 2010 : 72 )

      Jadi, Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati.

C.    Etiologi
      Penyebabnya tergantung dari klasifikasi glaukoma itu sendiri tetapi pada umumnya disebabkan karena aliran aqueous humor terhambat yang bisa meningkatkan tekanan intra okuler.
Faktor-faktor resiko dari glaukoma adalah (Bahtiar Latif,2009).
·      Umur
·      Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma
·      Tekanan bola mata /kelainan lensa
·      Obat-obatan

1.          GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP
          Glaukoma akut hanya terjadi pada mata yang sudut bilik mata depannya memang sudah sempit dari pembawaannya. Jadi ada faktor pre-disposisi yang memungkinkan terjadinya penutupan sudut bilik mata depan.
a.       Faktor Pre-Disposisi
Pada bilik mata depan yang dangkal akibat lensa dekat pada irirs maka akan terjadi hambatan aliran akuos humor dari bilik mata belakang ke bilik mata depan, yang dinamakan hambatan pupil (pupillary block) hambatan ini dapat menyebabkan meningkatnya tekanan di bilik mata belakang.
Pada sudut bilik depan yang tadinya memang sudah sempit,dorongan ini akan menyebabkan iris menutupi jaringan trabekulum.akibatnya akuos humor tidak dapat atau sukar mencapai jaringan ini dan tidak dapat di salurkan keluar.terjadilah glaukoma akut sudut tertutup.
Istilah pupillary block penting untuk di ingat dan di fahami karena mendasari alasan pengobatan dan pembedahan pada glaukoma sudut tertutup.
Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya hambatan pupil ini ditemukan pada mata yang bersumbu pendek dan lensa yang secara fisiologik trus membesar karena usia,iris yang tebal pun di anggap merupakan faktor untukmempersempit sudut bilik depan.
b.      Faktor pencetus
Peningkatan jumlah akuos humor yang mendadak di bilik mata belakang akan mendorong iris ke depan,hingga sudut bilik mata depan yang memang sudah sempit akan mendadak tertutup. Tidak diketahui dengan jelas apa yang menyebabkan hal tersebut.
c.       Dilatasi pupil
Apabila pupil melebar, iris bagian tepi akan menebal ; sudut bilik mata depan yang asalnya sudah sempit, akan mudah tertutup. (Sidarta Ilyas, 2002 :249-250)

2.          GLAUKOMA KONGESIF AKUT
          Seseorang yang datang dalam fase serangan akut glaukoma memberi kesan seperti orang yang sakit berat dan kelihatan payah; mereka diantar oleh orang lain atau di papah. Penderita sendiri memegang kepala nya karena sakit, kadang-kadang pakai selimut. Hal inilah yang mengelabui dokter umum; sering dikiranya seorang penderita dengan suatu penyakit sistemik.
          Dalam anamnesis, keluarganya akan menceritakan bahwa sudah sekian hari penderita tidak bisa bangun, sakit kepala dan terus muntah-muntah, nyeri dirasakan di dalam dan sekitar mata. Penglihatanya kabur sekali dan dilihatnya warna pelangi di sekitar lampu.
          Apabila mata diperiksa, ditemukan kelopak mata bengkak,konjungtiva bulbi yang sangat hiperemik (kongesif), injeksi siliar dan kornea yang suram. Bilik mata depan dangkal dapat dibuktikan dengan memperhatikan bilik mata depan dari samping. Pupil tampak melebar, lonjong miring agak vertikal atau midriasis yangg hampir total.
          Refleks pupil lambat atau tidak ada. Tajam penglihatan menurun sampai hitung jari. Sebenarnya dengan tanda-tanda luar ini ditambah anamnesis yang teliti sudah cukup untuk membuat suatu diagnosis persangkaan yang baik.
          Glaukoma Absolut adalah istilah untuk suatu glaukoma yang sudah terbengkalai sampai buta total. Bola mata demikian nyeri, bukan saja karena tekanan bola mata yang masih tinggi tetapi juga karena kornea mengalami degenerasi hingga mengelupas (keratopati bulosa). (Sidarta Ilyas, 2002 : 252)

3.          GLAUKOMA SUDUT TERBUKA
          Hambatan pada glaukoma sudut terbuka terletak di dalam jaringan trabekulum sendiri, akuos humor dengan leluasa mencapai lubang-lubang trabekulum,tetapi sampai di dalam terbentur celah-celah trabekulum yang sempit, hingga akuos humor tidk dapat keluar dari bola mata dengan bebas.
 ( Sidarta Ilyas, 2002 : 257 )

4.          GLAUKOMA SEKUNDER
Glaukoma sekunder ialah suatu jenis glaukoma yang timbul sebagai penyulit penyakit intraokular.
a.       Glaukoma Sekunder Karena Kelainan Lensa Mata
Beberapa contoh adalah luksasi lensa ke depan maupun ke belakang, lensa yang membengkak karena katarak atau karena trauma, protein lensa yang menimbulkan uveitis yang kemudian mengakibatkan tekanan bola mata naik.
b.      Glaukoma Sekunder Karena kelainan Uvea
Uveitis dapat menimbulkan glaukoma karena terbentuknya perlekatan iris bagian perifer ( sinekia ) dan eksudatnya yang menutup celah – celah trabekulum hingga outflow akuos humor terhambat. Tumor yang berasal dari uvea karena ukuranya dapat menyempitkan rongga bola mata atau mendesak iris ke depan dan menutup sudut bilik mata depan.
c.       Glaukoma Sekunder Karena Trauma Atau Pembedahan
Hifema di bilik mata depan karena trauma pada bola mata dapat memblokir saluran outflow tuberkulum. Perforasi kornea karena kecelakaan menyebabkan iris terjepit dalam luka dan karenanya bilik mata depan dangkal. Dengan sendirinya akuos humor tidak dapat mencapai jaringan trabekulum untuk jaringan keluar. Pada pembedahan katarak kadang – kadang bilik mata depan tidak terbentuk untuk waktu yang cukup lama, ini mengakibatkan perlekatan iris bagian perifer hingga penyaluran akuos humoer terhambat.
d.      Glaukoma Karena Rubeosis Iris
Trombosis vena retina sentral dan retinopati diabetik acapkali disusul oleh pembentukan pembuluh darah di iris.Di bagian iris perifer pembuluh darah ini mengakibatkan perlekatan – perlekatan sehingga sudut bilik mata depan menutup.Glaukoma yang ditimbulkan biasnya nyeri dan sulit diobati.
e.       Galukoma Karena Kortikosteroid
Dengan munculnya kortikosteroid sebagai pengobatan setempat pada mata, muncul pula kasus glaukoma pada penderita yang memang sudah ada bakat untuk glaukoma. Glaukoma yang ditimbulkan menyerupai glaukoma sudut terbuka. Mereka yang harus diobati dengan kortikosteroid jangka lama, perlu diawasi tekanan bola matanya secara berkala.
f.       Glaukoma Kongesif
Glaukoma konginental primer atau glaukoma infantil.
Penyebabnya ialah suatu membran yang menutupi jaringan trabekulum sehingga menghambat penyaluran keluar akuos humor.Akibatnya kornea membesar sehingga disebut Buftalmos atau “mata sapi”.
g.      Glaukoma Absolut
Glaukoma absolut menurapakan stadium terakhir semua jenis glaukoma disertai kebutaan total. Apabila disertai nyeri yang tidak tertahan, dapat dilakukan cyclocryo therapy untuk mengurangi nyeri. Setingkali enukleasi merupakan tidakan yang paling efektif. Apabila tidak disertai nyeri, bola mata dibiarkan.
( Sidarta Ilyas, 2002 : 259-261 )

D.    Klasifikasi
Glaukoma dibagi atas glaukoma primer, sekunder, dan kongenital.
1.          GLAUKOMA PRIMER
Pada Glaukoma primer tidak diketahui penyebabnya, didapatkan bentuk :
a.       Glaukoma sudut tertutup , (closed angle glaucoma, acute congestive glaukoma).
b.      Glaukoma sudut terbuka, (open angle glaukoma, chronic simple glaucoma).
2.          GLAUKOMA SEKUNDER
Glaukoma sekunder timbul sebagai akibat penyakit lain dalam bola mata, disebabkan :
a.       Kelainan lensa
-       Luksasi
-       Pembengkakan (intumesen)
-       Fakoltik
b.      Kelainan uvea
-       Uveitis
-       Tumor
c.       Trauma
-       Perdarahan dalam bilik mata depan (hifema).
-       Perforasi kornea dan prolaps iris, yang menyebabkan leukoma adheren.
d.      Pembedahan
Bilik mata depan yang tidak cepat terbentuk setelah pembedahan katarak.
e.       Penyebab glaukoma sekunder lainnya
-       Rubeosis iridis (akibat trombosis vena retina sentral)
-       Penggunaan kortikosteroid topikal berlebihan
3.          GLAUKOMA KONGENITAL
Glaukoma konginetal primer atau glaukoma infantil (Buftalmos, hidroftalmos).Glaukoma yang bertalian dengan kelainan kongenital lain.
4.          GLAUKOMA ABSOLUT
Keadaan  terakhir suatu glaukoma, yaitu dengan kebutaan total dan bola mata nyeri.(Sidarta Ilyas, 2002 : 240-241)

E.     Patofisiologi
      Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor aquelus oleh badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar humor aquelus melalui sudut bilik mata depan juga bergantung pada keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan episklera. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20 mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi peningkatan tekanan intraokuli lebih dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut. Secara fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi akan menyebabkan terhambatannya aliran darah menuju serabut saraf optik dan ke retina. Iskemia ini akan menimbulkan kerusakan fungsi secara bertahap. Apabila terjadi peningkatan tekanan intraokular, akan timbul penggaungan dan degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
1.          Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas serabut saraf pada papil saraf optik.
2.          Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi papil saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi penggaungan pada papil saraf optik.
3.          Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas.
4.          Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut saraf optik.( Anas Tamsuri, 2010 : 72-73 )




PATHWAYS GLAUKOMA

DM
Kortikosteroid jangka panjang
Miopia
Trauma mata


                      Obstruksi jaringan                                       Peningkatan tekanan
                  Trabekuler                                                       Vitreus
 



                  Hambatan pengaliran                          Pergerakan iris kedepan
                  Cairan humor aqueous

Nyeri
 
 


                      TIO meningkat            Glaukoma            TIO Meningkat
 



                      Gangguan saraf optik                                             Tindakan operasi
 



Gangguan persepsi sensori penglihatan
 
                      Perubahan penglihatan
Kurang pengetahuan
 
Anxietas
 
                              Perifer
 



                     
                      Kebutaan




F.     Manifestasi Klinis
1.          Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).
2.          Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.
3.          Mual, muntah, berkeringat.
4.          Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.
5.          Visus menurun.
6.          Edema kornea.
7.          Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).
8.          Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
9.          TIO meningkat.( Anas Tamsuri, 2010 : 74-75 )

G.    Komplikasi
                  Kebutaan dapat terjadi pada semua jenis glaukoma, glaukoma penutupan sudut akut adalah suatu kedaruratan medis. agens topikal yang digunakan untuk mengobati glaukoma dapat memiliki efek sistemik yang merugikan, terutama pada lansia. Efek ini dapat berupa perburukan kondisi jantung, pernapsan atau neurologis.

H.    Pemeriksaan Penunjang
1.          PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN
Pemeriksaan tajam penglihatan bukan merupakan pemeriksaan khusus untuk glaukoma.
a.       Tonometri
Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal empat cara tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu :
-       Palpasi atau digital dengan jari telunjuk
-       Indentasi dengan tonometer schiotz
-       Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann
-       Nonkontak pneumotonometri
Tonomerti Palpasi atau Digital\
        Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak cermat, sebab cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dpat digunakan dalam keadaan terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya adalah dengan dua jari telunjuk diletakan diatas bola mata sambil pendertia disuruh melihat kebawah. Mata tidak boleh ditutup, sebab menutup mata mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan bola mata, hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi kesan perasaan keras. Dilakukan dengan palpasi : dimana satu jari menahan, jari lainnya menekan secara bergantian.
Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai berikut :
N : normal
N + 1 : agak tinggi
N + 2 : untuk  tekanan yang lebih tinggi
N – 1 : lebih rendah dari normal
N – 2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya
2.          GONIOSKOPI
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.
3.          OFTALMOSKOPI
Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan keadaan papil saraf optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma yang kronik. Papil saraf optik yang dinilai adalah warna papil saraf optik dan lebarnya ekskavasi. Apakah suatu pengobatan berhasil atau tidak dapat dilihat dari ekskavasi yang luasnya tetap atau terus melebar.
4.          PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG
a.       Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma sudah lebih lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang pandang akan ditemukan di daerah tepi, yang kemudian meluas ke tengah.
b.      Pemeriksaan lapang pandang sentral : mempergunakan tabir Bjerrum, yang meliputi daerah luas 30 derajat. Kerusakan – kerusakan dini lapang pandang ditemukan para sentral yang dinamakan skotoma Bjerrum.(Sidarta Ilyas, 2002 : 242-248)

      Pada penderita dengan dugaan glaukoma harus dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:
1.      Biomikroskopi, untuk menentukan kondisi segmen anterior mata, dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan apakah glaukomanya merupakan glaukoma primer atau sekunder.
2.      Gonioskopi, menggunakan lensa gonioskop. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat sudut pembuangan humor akuos sehingga dapat ditentukan jenis glaukomanya sudut terbuka atau tertutup.
3.      Oftalmoskopi, yaitu pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan saraf optik berdasarkan penilaian bentuk saraf optik menggunakan alat oftalmoskop direk.
4.      OCT (Optical Coherent Tomography). Alat ini berguna untuk mengukur ketebalan serabut saraf sekitar papil saraf optik sehingga jika terdapat kerusakan dapat segera dideteksi sebelum terjadi kerusakan lapang pandangan, sehingga glaukoma dapat ditemukan dalam stadium dini
5.      Perimetri, alat ini berguna untuk melihat adanya kelainan lapang pandangan yang disebabkan oleh kerusakan saraf optik.
6.      Tonometri, pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur besarnya tekanan bola mata/tekanan intraokuler/TIO.

I.       Penatalaksaan Medis & Keperawatan
Penatalaksanaan Pembedahan
a.    Iridektomi perifer.
Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang dan depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran humor akueus. Hal ini hanya dapat dilakukan jika sudut yang tertutup  sebanyak 50%.
b.    Trabekulotomi (Bedah drainase)
Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari 50% atau gagal dengan iridektomi.

Terapi farmakologi (Barbara C. Long, 2000 : 267)
Obat
Efek Terhadap Glaukoma
Agen Kolinergik (Miotik) :
Pilocarpine
Carbachol ( Carbacel )





Kolinesterase Inhibitors (Miotik) :
Physostigmine (Eserine)
Demecarlum bromide (Humorsol)
Isoflurophate (Floropryl)
Echotiophate Iodide (Phospoline Iodide)



Edrenergic Beta Bloker :
Timolol meleate (Timoptic)
Betaxolol hydrochloride (Betaoptic)
Levobunolol hydrochloride (Betagan)


Agen  adrenergik :
Epinephryl borate (Eppy)
Epinephrine hydrochloride (glaucom, Epifrin)
Epinephrine bitatrate (Epitrate, Mucocoll)
Dipivefrin (Propine)

Carbonic anhydrase inhibitors :
Acetazolamide (Diamox)
Ethoxzolamide (Cardrase)
Dichlorhenamide (Daramide)
Methazolamide (Neptazane)

Agen Osmotik :
Glycerine (Glycerol, Osmoglyn)
Mannitol (Osmitrol)
Urea (Ureaphil, Urevert)

Merangsang reseptor kolinergik, mengkontraksikan otot-otot iris untuk mengecilkan pupil dan menurunkan tahanan terhadap aliran humor aqueous, juga mengkontraksikan otot-otot ciliary untuk meningkatkan akomodasi.


Menghambat pepenghancuran Asetylchloline yang berefek sebagai kolinergik.
JANGAN MENGGUNAKAN OBAT KOLINESTERASE PADA GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP (Meningkatkan tahanan pupil)





Memblok – impuls adrenergik (Sympathetik) yang secara normal menyebabkan mydriasis, mekanisme yang bisa menurunkan IOP, tidak jelas




Menurunkan produksi humor aqueous dan meningkatkan aliran aqueous.
JANGAN MENGGUNAKAN UNTUK GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP





Menghambat produksi humor aqueous





Meningkatkan osmolaritas plasma darah, meningkatkan aliran cairan dari humor aqueous ke plasma

J.      Pencegahan
1.          Deteksi dini
          Salah satu satu cara pencegahan glaukoma adalah dengan deteksi sedinimungkin. Tidak ada tindakan yang dapat mencegah terjadinya glaukoma sudutterbuka. Jika penyakit ini ditemukan secara dini, maka hilangnya fungsi penglihatan dan kebutaan bisa dicegah dengan pengobatan. Orang-orang yangmemiliki resiko menderita glaukoma sudut tertutup sebaiknya menjalani pemeriksaan mata yang rutin dan jika resikonya tinggi sebaiknya menjalaniiridotomi untuk mencegah serangan akut.
-            Mengingat hilangnya penglihatan secara permanen yang disebabkan olehglaukoma, sebaiknya setiap orang memperhatikan kesehatan matanya dengancara melakukan pengukuran tekanan bola mata secara rutin setiap 3 tahun,terutama bagi orang yang usianya di atas 40 tahun.
-            Faktor risiko lain yang perlu diwaspadai adalah mereka yang memiliki riwayatkeluarga penderita glaukoma, mata minus tinggi atau plus tinggi (miopia),serta penderita penyakit sistemik seperti diabetes atau kelainan vaskular (jantung).
-            Pemeriksaan mata rutin yang disarankan adalah setiap enam bulan sekali,khususnya bagi orang dengan risiko tinggi. Untuk mengukur tekanan bolamata kerusakan mata yang diderita dilakukan tes lapang pandang mata.- Sebaiknya diperiksakan tekanan bola mata bila mata kemerahan dan sakitkepala berat.
2.          Nutrisi yang adekuat (banyak mengandung vitamin A dan Beta Karoten)
Faktor risiko pada seseorang yang bisa menderita glaukoma adalah seperti diabetesmellitus dan hipertensi, untuk itu bagi yang menderita diabetes mellitus  dianjurkan untuk mengurangi mengkonsumsi gula agar tidak terjadi komplikasiglaukoma, sedangkan untuk penderita hipertensi dianjurkan untuk diet rendahgaram karena jika tekanan darah naik cepat akan menaikkan tekanan bola mata.
3.          Gaya Hidup (Life style) yang sehat seperti menghindari merokok dan olahragateratur. Olahraga dapat merendahkan tekanan bola mata sedikit.
4.          Pencegahan lanjutan bagi yang sudah menderita glaukoma agar tidak bertambah parah/untuk mencegah tingginya tekanan intraokuler yaitu :
-       Mengurangi stress
-       Hindari membaca dekat karena pupil akan menjadi kecil sehingga glaucomaakan memblok pupil
-       Hindari pemakaian obat simpatomimetik karena pupil akan melebar (dilatasi)
-       Diet rendah natrium
-       Pembatasan kafein
-       Mencegah konstipasi
-       Mencegah manuver valsava seperti batuk, bersin, dan mengejan karena akanmeningkatkan TIO
-       Menempatkan pasien dalam posisi supinasi dapat membantu pasien merasanyaman dan mengurangi tekanan intra okular. Diyakini juga bahwa dengan posisi supinasi, lensa jatuh menjauh dari iris yang mengurangi blok pupil.



ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.R DENGAN GLAUKOMA
Kasus
Ny. R (30 tahun) saat ini sedang dirawat dengan keluhan orbita dextra terasa sakit jika ditekan, penglihatan kabur padahal Ny.R sudah menggunakan kaca minus 3 pada mata dextra dan sinistra, dua bulan yang lalu Ny.R menderita kelainan Thyroid. Oleh dokter spesialis mata dilakukan pemeriksaan Ofthalmoscope, Tonometri dan ukur lapang pandang. Hasil pemeriksaan teernyata Ny.R menderita Glaukoma. Tanda-tanda vital saat ini TD : 150/100 mmHg, Nadi : 80x/menit, Suhu : 37oC , Pernapasan : 20x/menit. Ny. R tidak tahu kenapa dia sampai mengalami Glaukoma dan mendengar informasi dari orang-orang bahwa Glaukoma bisa buta, sehingga Ny.R takut mengalami kebutaan.
1.    PENGKAJIAN
1)      Data Pasien :
Nama                                         : Ny. R
Tempat, Tanggal Lahir               : Jakarta, 23 Februari 1973
Umur                                          : 40 tahun
Jenis kelamin                              : Perempuan
Agama                                       : Islam
Suku                                           : Jawa
Pekerjaan                                   : Ibu Rumah Tangga
Status perkawinan                     : Menikah
Status pendidikan                      : SLTA
Diagnosa medis                         : Glaukoma

2)      Riwayat penyakit :
Keluhan Utama :
Klien datang ke Rumah Sakit hari Senin, 12Mei 2013 dengan keluhan orbita dextra terasa sakit jika ditekan, penglihatan kabur padahal Ny.R sudah menggunakan kaca minus 3 pada mata dextra dan sinistra, dua bulan yang lalu Ny.R menderita kelainan Thyroid
Riwayat Penyakit Sekarang :
KU lemah, hasil pemeriksaan TTV , Tanda-tanda vital saat ini TD : 150/100 mmHg, Nadi : 80x/menit, Suhu : 37oC , Pernapasan : 20x/menit.

Riwayat Penyakit Dahulu :
Klien tidak mempunyai riwayat penyakit atau riwayat masuk rumah sakit, tetapi dua bulan yang lalu Ny.R menderita kelainan Thyroid.

Riwayat Kesehatan Keluarga :
Keluarga klien tidak ada yang mempunyai penyakit yang berhubungan dengan saraf persepsi sensori

3)      Pemeriksaan fisik
1.      Aktivitas/Istirahat
Gejala         : Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan
2.      Makanan/Cairan
Gejala         : Mual, muntah (glaukoma akut)
3.      Neurosensori
Gejala         : Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
                   Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia (glaukoma akut).
                   Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan
Tanda         : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak)
                   Pupil menyempit dan merah / mata keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat)
                   Peningkatan air mata
4.      Nyeri/Kenyamanan:
Gejala         : Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis)
                   Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut).
5.      Penyuluhan /pembelajaran
Gejala         : riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler
                   Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh peningkatan tekaan vena), ketidakseimbangan endokrin, diabetes (glaukoma)
                   Terpajan pada radiasi, steroid/ toksistas fenotiazin
Pertimbangan rencana pemulangan :
                   DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 4,2 hati (biasanya dilakukan sebagai prosedur pasien rawat jalan)
                   Memerlukan bantuan dengan transportasi, penyediaan maknaan, perawatan diri, perawatan / pemeliharaan rumah

2.      DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF
DATA OBJEKTIF
1.        Klien mengeluh orbita dextra terasa sakit jika ditekan
2.        Klien mengeluh penglihatan kabur padahal Ny.R sudah menggunakan kaca minus 3 pada mata dextra dan sinistra
3.        Klien mengatakan dua bulan yang lalu Ny.R menderita kelainan Thyroid
4.        Klien mengatakan tidak tahu kenapa dia sampai mengalami Glaukoma
5.        Klien mengatakan bahwa mendengar informasi dari orang-orang bahwa Glaukoma bisa buta, sehingga Ny.R takut mengalami kebutaan.
6.        Klien mengatakan mengalami perubahan aktivitas biasanya akibat gangguan penglihatan
7.        Klien mengeluh mual dan muntah
1.      Tanda-tanda vital :
TD : 150/100 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
2.        Skala nyeri : 6
3.        Klien terlihat menggunakan kacamata
4.        Klien tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak)
5.        Klien terlihat pupil menyempit dan merah / mata keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat)
6.        Klien terlihat peningkatan produksi air mata
7.        Klien terlihat mual dan muntah





3.    ANALISA DATA
DATA
PROBLEM
ETIOLOGI
Pra Operasi
DS :
·      Klien mengeluh keluhan orbita dextra terasa sakit jika ditekan
·      Klien mengeluh penglihatan kabur padahal Ny.R sudah menggunakan kaca minus 3 pada mata dextra dan sinistra
·      Klien mengatakan dua bulan yang lalu Ny.R menderita kelainan Thyroid
DO:
·      Tanda-tanda vital :
TD : 150/100 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
·      Klien terlihat menggunakan kacamata
·      Skala nyeri : 6
·      Klien tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak)
·      Klien terlihat pupil menyempit dan merah / mata keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat)
·      Klien terlihat peningkatan produksi air mata
·      Klien terlihat memokuskan saat meliat sesuatu benda
·      Klien terlihat mengerutkan dahi pada saat melihat
Gangguan persepsi sensori penglihatan
Gangguan penerimaan, gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.
DS :
·      Klien mengeluh keluhan orbita dextra terasa sakit jika ditekan
·      Klien mengeluh penglihatan kabur padahal Ny.R sudah menggunakan kaca minus 3 pada mata dextra dan sinistra
·      Klien mengatakan dua bulan yang lalu Ny.R menderita kelainan Thyroid
DO:
·      Tanda-tanda vital :
TD : 150/100 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
·      Skala nyeri : 6
·      Klien terlihat menggunakan kacamata
·      Klien terlihat memegangi are kepala dan sekitar mata
·      Klien terlihat memokuskan saat meliat sesuatu benda
·      Klien terlihat mengerutkan dahi pada saat melihat
Gangguan rasa nyaman : Nyeri
Peningkatan tekanan intra okuler (TIO)
DS :
·      Klien mengatakan bahwa mendengar informasi dari orang-orang bahwa Glaukoma bisa buta, sehingga Ny.R takut mengalami kebutaan.
·      Klien mengeluh keluhan orbita dextra terasa sakit jika ditekan
DO:
·      Tanda-tanda vital :
TD : 150/100 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
·      Klien terlihat menggunakan kacamata
·      Klien terlihat gelisah
·      Klien tampak pucat
·      Klien terlihat mencemaskan keadaan dirinya
Ansietas
Faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup
DS :
·      Klien mengatakan bahwa mendengar informasi dari orang-orang bahwa Glaukoma bisa buta, sehingga Ny.R takut mengalami kebutaan.
·      Klien mengeluh keluhan orbita dextra terasa sakit jika ditekan
·      Klien mengeluh penglihatan kabur padahal Ny.R sudah menggunakan kaca minus 3 pada mata dextra dan sinistra
·      Klien mengatakan dua bulan yang lalu Ny.R menderita kelainan Thyroid
DO:
·      Tanda-tanda vital :
TD : 150/100 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
·      Klien terlihat menggunakan kacamata
·      Klien terlihat gelisah
·      Klien tampak pucat
·      Klien terlihat mencemaskan keadaan dirinya
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan
Kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi ditandai dengan pertanyaan, pernyataan salah
Post Operasi
DS :
·      Klien mengeluh juga nyeri sedang pada area mata
·      Klien mengatakan ketidaknyamanan setelah operasi
DO:
·      Tanda-tanda vital :
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
·      Klien terlihat gelisah
·      Klien tampak pucat
·      Klien memegangi area mata yang dibedah
Gangguan rasa nyaman : Nyeri
Adanya insisi bedah
DS :
·      Klien mengeluh juga nyeri area mata yang di operasi
·      Klien mengatakan kesulitan melakukan aktivitas
·      Klien mengeluh takut untuk melakukan aktivitas
DO:
·      Tanda-tanda vital :
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
·      Klien terlihat gelisah
·      Klien tampak pucat
·      Klien memegangi area mata yang dibedah
Risiko tinggi terhadap cedera

Peningkatan TIO, kehilangan vitreous
DS :
·      Klien mengeluh juga nyeri sedang pada area mata yang dibedah
·      Klien mengatakan ketidaknyamanan area mata setelah di operasi
DO:
·      Tanda-tanda vital :
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
·      Klien terlihat gelisah
·      Klien tampak pucat
·      Klien memegangi area mata yang dibedah
·      Kemungkinan terdapat pus pada area setelah operasi
Risiko tinggi terhadap infeksi
prosedur invasif

4.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TANGGAL DITEMUKAN
TANGGAL TERATASI
Pra Operasi
1.        Gangguan persepsi sensori penglihatan b.d gangguan penerimaan sensori, gangguan status organ

2.        Gangguan rasa nyaman : Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah

3.        Ansietas b/d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan

4.        Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan b/d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi
17 04–2013





17 04–2013






17 04–2013







17 04–2013



20 04–2013





20 04–2013






20 04–2013







20 04–2013



Post Operasi
1.        Gangguan rasa nyaman : Nyeri b/d adanya insisi bedah

2.        Risiko tinggi terhadap cedera b.d peningkatan TIO, kehilangan vitreous

3.        Risiko tinggi terhadap infeksi b.d prosedur invasif
18 04–2013



18 04–2013




18 04–2013


21 04–2013



21 04–2013




21 04–2013




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS